Jumat, 09 Januari 2009

apa itu bakat?

Pengertian Bakat

sebenarnya apa sih bakat itu? Apakah saya punya bakat? Makhluk semesterius apa sih bakat itu? Dimana bakat saya? Bagaimana cara menemukannya? Kepada siapa sebetulnya saya harus bertanya tentang bakat saya? Dan seterusnya.

Sebelum kita membahas pertanyaan-pertanyaan semacam di atas, saya ingin mengatakan bahwa bakat menurut penjelasan teoritisnya memang punya wilayah bahasan yang cukup luas. Di dalam literatur ilmiah, ada istilah talent, ada istilah giftedness, ada istilah traits, ada istilah intelligence seperti dalam “multiple intelligence, aptitude, dan seterusnya. Selain harus berurusan dengan istilah-istilah yang mungkin tidak dimengerti bagi kebanyakan orang, pun juga tidak semua orang “boleh” memberikan penilaian tentang bakat seseorang. Hanya bagi orang-orang yang sudah bersertifikat di bidang ini yang “disahkan” memberikan penilaian.

Tetapi, bakat dalam pengertian bahasa atau dalam pengertian yang umum kita pahami, adalah kelebihan / keunggulan alamiah yang melekat pada diri kita dan menjadi pembeda antara kita dengan orang lain. Kamus Advance, misalnya, mengartikan talent dengan “natural power to do something well.” Dalam kamus Marriam-Webster’s, dikatakan “natural endowments of person.” Dalam percakapan sehari-hari kita sering mengatakan si anu berbakat di nyanyi, di bisnis, di IT dan seterusnya.

Rupanya, bakat dalam pengertian kedua ini juga dipakai oleh Thomas Amstrong, pakar pendidikan dari Harvard University yang sering berkolaborsi dengan Howard Gardner dalam membahas kecerdasan. Dalam tulisannya, Little Geniuses, yang pernah diterbitkan majalah Parenting (1989), ia menjelaskan, bakat manusia bisa muncul dalam berbagai bentuk. Perhatikan daftar kemampuan (ability) di bawah ini lalu deteksi mana yang paling kuat di dalam diri Anda:

Acting Ability (akting / gerakan)

Adventuresomeness (kepetualangan)

Aesthetic perceptiveness (estitika)

Artistic Talent (artistik)

Athletic prowess (ke-atlit-an)

Common sense (pengetahuan umum)

Compassion (peduli orang lain, mudah tersentuh)

Courage (keberanian)

Creativity (kreativitas)

Emotional maturity (kematangan emosi)

Excellent memory (kehebatan menyimpan data / menghafal)

Imagination (imajinasi)

Inquiring mind (keingintahuan)

Intuition (intuisi)

Inventiveness (daya cipta, penemuan)

Knowledge of a given subject (Pengetahuan spesifik)

Leadership abilities (kepemimpinan)

Literary aptitude (bakat kesastraan)

Logical-reasoning ability (kemampuan berlogika)

Manual dexterity (ketangkasan manual / ketrampilan tangan)

Mathematical ability (kemampuan matematis)

Mechanical know-how (penguasaan mekanis)

Moral character (karakter moral)

Musicality (permusikan)

Passionate interest in a specific topic (kegairahan mengikuti / mendalami topik tertentu)

Patience (kesabaran)

Persistence (ketangguhan)

Physical coordination (kerapian fisik)

Political astuteness (kelihaian berpolitik)

Problem-solving capacity (kemampuan menghadapi masalah)

Reflectiveness (kemampuan merefleksikan)

Resourcefulness (kepandaian mengatasi masalah)

Self-discipline (disiplin-diri)

Sense of humor (naluri melucu)

Social savvy (pemahaman sosial)

Spiritual sensibility (ketajaman spiritual)

Strong will (kemauan keras)

Verbal ability (kemampuan mengungkapkan secara verbal)

Daftar di atas baru sebagian dari sekian. Masih banyak kemampuan alamiah manusia yang belum atau tidak bisa dijabarkan. Dan lagi, kalau kita perhatikan praktek hidup, amat sangat jarang ada orang yang hanya diberi satu kemampuan dari daftar di atas. Dalam diri setiap manusia ada sekian kemampuan dari daftar di atas. Orang yang hebat di bidang IT tidak berarti hanya dibekali kemampuan tekun dalam meng-otak-atik komputer. Ia juga punya kemauan keras, punya disiplin, kreatif, mau mempelajari hal-hal baru dan seterusnya. Seorang tokoh agama tidak berarti hanya dibekali kemampuan spiritual sensibility saja. Ia juga punya kemampuan lain yang mendukung keunggulannya, seperti verbal, sosial, dan lain-lain.

Hal lain yang perlu kita ingat adalah penjelasan Dr. Sternberg, pakar Psikologi dari Yale University (Practical Intelligence, John Meunier, Fall, 2003)). Selama bertahun-tahun mengkaji kemampuan manusia, ia berkesimpulan bahwa kemampuan manusia itu bukanlah sebuah kemampuan yang sifatnya sudah baku pada satu bentuk atau titik tertentu (not fixed ability), tetapi sebuah kemampuan yang sifatnya terus berkembang (developing abilities).